InsyaAllah kali ini saya akan berbagi kepada semuanya tentang perjalanan suci ini. Semoga ini menjadi motivasi untuk segera kita semua niatkan berangkat umrah.
Dan juga semoga Allah lindungi saya dari sifat ujub dan riya. Malam itu, aku dan Ibu sedang silaturahim ke rumah oom ku yang ada di Pekanbaru.
Sedang asyik cerita-cerita dengan ibu, Entah angin dari mana malam itu berderinglah ponsel kecilku. Kulihat siapa yang menelpon, ternyata Ayah menelpon dari Dumai.
Seperti biasa, kalau ayah menelpon memang selalu "to the point". Setelah mengucap salam dan menanya kabar, pertanyaan selanjutnya membuat dadaku bergetar hebat.
Ttentu saja tidak kutunjukkan dengan dramatis karna malu ada ibu juga keluarga oomku disana. "Put, mau berangkat umroh ?" Sontak saja aku terdiam sejenak, APAA ??
UMROH ??? teriakku dalam hati. Syok juga mendengar penawaran yang tak biasa ini.
Tapi dengan cepat kukembalikan kesadaranku dan menjawab pertanyaan Ayah dengan kalimat tanya lagi. "Kalau umroh siapo yang tak mau yah?"
Terdengar tawa ayah dari seberang telepon. Setelah bercerita cukup panjang, barulah aku mengerti kenapa pertanyaan tersebut muncul.
Ternyata malam itu Ayah baru saja didatangi oleh Abu Yusuf. Abu Yusuf ini adalah teman ayahku. Abu yusuf punya anak, namanya Ilyas.
Ilyas dulu sempat menjadi muridku belajar ngaji bersama beberapa saudaranya yang lain. Ilyas kini sudah kelas 5 pesantren, kalau sekolah umum sekitar kelas 2 SMA.
Abu Yusuf lah yang pertama sekali punya keinginan untuk memberangkatkan Ilyas pergi umrah. Dan kemudian menawarkan pula ayah untuk juga memberangkatkan aku.
Agar ada nanti teman anaknya disana. Singkat cerita ayah pun menyetujuinya. Dari sini ada pelajaran besar buatku.
Bahwa ternyata, keberangkatan ke tanah haram itu bukanlah karena kita punya banyak uang atau punya banyak waktu.
Buktinya aku, meskipun niat kuat untuk berangkat umroh tapi tidak ada uang sedikitpun yang aku sisihkan untuk berangkat.
Bahkan waktu juga sepertinya susah untuk disempatkan mengingat saat itu aku sedang dalam proses penyelesaian tugas akhir.
Dalam keseharian pun terkadang kita berjumpa dengan kejadian-kejadian yang mirip seperti ini. Misalnya seorang gharim mesjid diberangkatkan umroh oleh orang-orang yang punya nazar.
Atau seorang tukang becak diminta untuk menggantikan keberangkatan umroh seorang kaya yang tiba-tiba terserang penyakit.
Sebaliknya juga kita banyak menemukan banyak orang kaya yang belum lagi ada niat untuk berangkat umrah.
Atau bahkan banyak yang kaya yang sudah punya niat berangkat umrah tapi terhalang oleh kerjaan, izin orangtua, waktu dll.
Aku meyakini bahwa kita selamanya tak dapat mengukur sesuatu itu berdasarkan apa yang kita punya.
Karena Allah Maha Kuasa Atas Segala Sesuatu. Termasuk memberangkatkan seseorang untuk umrah. Allah selalu punya cara untuk memilih hamba-hambaNya.
Dan pembicaraan dengan ayah lewat telpon malam itu membuat aku merasa seperti Allah sedang berkata.
"Kupilih engkau Azhar Saputra, untuk datang mengunjungi Rumah Ku, untuk melihat tanah kelahiran dan tanah perjuangan Nabi Ku, kupilih engkau"
Bersambung~
Keterangan foto : Saat tiba di Bandara KLIA Kuala Lumpur - Malaysia menunggu keberangkatan dengan pesawat Saudi Arabian menuju ke Jeddah.
*Sumber: Facebook Azhar Saputra
Baca Juga :