Biofuel adalah bahan bakar yang diproduksi dengan mengubah bahan organik menjadi bahan bakar untuk memenuhi kebutuhan energi masyarakat dunia.
Photo by Viktor Kiryanov on Unsplash |
Bahan bakar nabati ini merupakan sumber energi alternatif pengganti bahan bakar fosil yang saat ini sangat kita andalkan.
Di bawah payung biofuel ini juga termasuk etanol dan turunannya. Berasal dari tanaman seperti tebu, minyak nabati dan jagung.
Namun, tidak semua produk etanol dirancang untuk digunakan sebagai bahan bakar seperti bensin dan sejenisnya.
Badan Energi Internasional (IEA) memberi tahu kita bahwa etanol dapat mencakup hingga 10 % dari bensin yang dapat digunakan di dunia pada tahun 2025 dan hingga 30 % pada tahun 2050.
Saat ini, angka persentase penggunaannya adalah 2%.
Namun, para peneliti masih harus menempuh jalan panjang untuk menyempurnakan, membuat ekonomis dan menjadikan biofuel lebih praktis.
Sebuah studi oleh Oregon State University telah membuktikan hal ini. Mereka mengatakan masih belum sempurna untuk mengembangkan biofuel yang hemat energi seperti bensin yang terbuat dari minyak bumi.
Efisiensi energi sebenarnya adalah ukuran seberapa banyak energi yang dapat digunakan dari hasil sumber energi alam untuk setiap tujuan yang kita butuhkan.
Tidak ada energi yang pernah digunakan oleh manusia lebih banyak keluarannya daripada masukan sumber energi aslinya. Jadi yang terpenting adalah seberapa baik konversi yang kita buat.
Energi produk akhir adalah energi yang berguna untuk kebutuhan kita, sedangkan energi masukan atau sumber hanyalah upaya yang diperlukan untuk menghasilkan produk akhir.
Studi OSU menemukan etanol yang diturunkan dari jagung hanya menghasilkan energi 20%, sedangkan bensin yang terbuat dari minyak bumi dapat menghasilkan energi sebesar 75%.
Berbeda dengan bahan bakar biodiesel yang tercatat memiliki efisiensi energi sebesar 69%.
Namun, penelitian tersebut menghasilkan satu hal positif yaitu etanol yang diturunkan dari selulosa tercatat pada efisiensi 85%, yang bahkan lebih tinggi daripada efisiensi energi nuklir yang luar biasa efisien.
Baru-baru ini, harga minyak berjangka turun di Bursa Efek kota New York.
Karena analis dari beberapa negara memperkirakan lonjakan ketersediaan biofuel akan mengimbangi nilai minyak, menurunkan harga minyak mentah di pasar internasional menjadi $ 40 per barel atau sekitaran itu.
Bursa Efek Chicago memiliki pasar berjangka dari biji-bijian yang mulai mencuri aktivitas investasi kontrak minyak berjangka di New York.
Karena investor pasti mengharapkan profitabilitas yang lebih baik jika mereka berinvestasi di biofuel.
Memang, perkiraan oleh konsensus analis bahwa biofuel akan memasok 7 % dari seluruh bahan bakar transportasi dunia pada tahun 2030.
Seorang analis pasar energi tertentu mengatakan, pertumbuhan permintaan solar dan bensin dapat melambat secara dramatis.
Hal ini berlaku jika pemerintah mensubsidi perusahaan yang mendistribusikan biofuel dan mendorong lebih lanjut untuk mempromosikan penggunaan bahan bakar ramah lingkungan ini.
Ada beberapa negara yang secara serius terlibat dalam pengembangan biofuel. Yaitu Brasil, yang merupakan penghasil etanol terbesar di dunia yang bahan dasarnya berasal dari gula.
Dimana mereka bisa menghasilkan sekitar 3.500.000.000 galon etanol per tahun.
Selanjutnya Amerika Serikat, meskipun merupakan penghasil minyak terbesar di dunia, mereka telah menjadi produsen biofuel terbesar kedua setelah Brasil.
Sedangkan kapasitas produksi biodiesel di Uni Eropa (Inggris) sekarang tercatat melebihi 4.000.000 ton.
Sebesar 80 % bahan bakar biodiesel UE berasal dari minyak lobak, minyak kedelai dan jumlah marjinal minyak sawit yang mencakup 20 % lainnya.
Baca Juga :