Assalamualaikum Wr Wb
Kurang lebih "Saya ingin tahu, kenapa kalian berada di sini, memilih ada di sini dan belajar di sini ?"
Pertanyaan klasik, batin saya. Tapi saya juga benar-benar ingin tahu, apakah jawabannya juga seklasik itu.
Tepat, para santriwati menjawab dengan semantap jawaban bahwa mereka ingin menjadi hafidzah, membahagiakan kedua orang tua. Simple tapi mengena dan itu tidak salah.
Tapi saikh 'Ishom geleng-geleng, tersenyum, rupanya berharap ada jawaban lain. Nah ! Saya suka gaya beliau yang ini, yang membuat saya mengejar-ngejar beliau ke mahad putri ya ini...hehe
Tabiatnya yang selalu detail dan berhasil menghidangkan makna terdalam dan fakta yang luput dari pikran kebanyakan orang atas kalimat-kalimat yang beliau sampaikan dalam muhadharahnya.
"Baik saya akan beritahu kalian" lanjut beliau. "Saya tidak akan memberikan ceramah ini kepada santri di mahad putra, mereka tidak butuh ini, singkat saja kalau dengan mereka itu.
Khusus saya berikan ini untuk anda para wanita karena anda khas, spesial, tidak sama dengan santri putra" (semua tertawa, tersanjung) sambil "cieeeeeee".
Rahasia dari jawaban pertanyaan itu adalah, bahwa santriwati adalah perempuan dan kelak akan menjadi istri, lalu menjadi ibu.
"Ooohhhhh" sahut seisi ruangan...
"Saya katakan kepada kalian, jika lelaki sholih mendapat istri tidak sholihah maka rusaklah anaknya, tapi jika istri sholihah, kalaupun bapaknya tidak sholih maka baiklah anaknya".
Beliau kisahkan perempuan-perempuan sholihah dalam Al-Qur'an, diantaranya Aisyah, istri Nabi Nuh,, Ibunda Nabi Musa, Bunda Nabi Muhammad bahkan Bunda Ans Bin Malik atau yang lebih kita kenal dengan nama besarnya sebagai Imam Madzhab yaitu Imam Malik.
Alkisah, bapak Imam Malik ini sangat mengidamkan memperistri perempuan yang cantik rupawan, maka ketika pernikahan terjadi dan hijab sang istri dibuka ternyata dijumpainya wajah sang istri hitam dan (maaf) tidak cantik.
Sang suamipun marah dan kecewa, namun Ibu Imam Malik ternyata perempuan yang cerdas dan beriman sempurna, terlihat dari saat menjawab kekecewaan suami yang baru dinikahinya.
"Sesungguhnya hitamnya wajah ini, tidaklah mencerminkan apa yang ada pada diriku, jika dapat kau lihat dalamnya hati dan isi kepalaku, dalamnya imanku sungguh akan kau ketahui secerah mentari bersinar.
Di malam itu tugas sang suami pun tertunai untuk pertama dan terakhir kalinya. Perempuan mulia hati itupun hamil dan melahirkan seorang putra yang diberi nama Anas Bin Malik, Malik disini dinisbahkan pada kakeknya dan bukan bapaknya.
Ketika mendekap bayinya, sang ibu berkata "Aku tidak ingin menjadikan mu artis terkenal tetapi aku akan mendidikmu dengan pendidikan Nabi"
Dan kemudian jaman dibuat takjub dengan kebesaran nama Imam Malik dengan madzhab Maliki-nya (Wallahua'lam)
Syaikh Ishom melanjutkan, "Anda tahu ? Perempuan itu Allah ciptakan lebih kuat dari pada lelaki, dia temani anaknya sehari semalam sambil mengerjakan pekerjaan lain dia bisa, kalaupun marah hanya sekejap dia masuk kamar, lalu keluar lagi membersemai anak-anaknya."
"Beda dengan bapak, (sambil menjawil penerjemah ganteng di sampingnya) mengajari sedikit jika anak tak kunjung bisa maka hilanglah kesabarannya. Perempuan itu telaten dan sabar." Sang penerjemah pun angguk-angguk rupanya setuju.
"Itulah kenapa Islam begitu meninggikan derajat perempuan."
"Letak kekuatan ummat dimasa depan ada pada darah yang mengalir dalam diri kalian (perempuan), jika darah yang mengalir dipenuhi dengan bacaan Al-Qur'an maka akan menghasilkan anak-anak yang berisi Al-Qur'an sejak lahir.
Kelak mereka jika terus dididik dan dipenuhi dengan Al-Qur'an maka akan menjadi generasi unggulan. Kuatnya bangsa dan agama ada ditangan perempuan."
Lalu...
"Kalian tahu, tidak berdaya para lelaki di dunia ini tanpa perempuan" semua tergelak dan kompak bilang "cieeeee" dan Syaikh pun tertawa.
"Haqiqan, ini benar. Kalian lihat saya, tak akan ada didunia ini jika tidak dilahirkan oleh ibu saya."
"Maka tugas kalian dima'had ini benar-benar sungguh berat. Tidak hanya Al-Qur'an yang harus kalian hafalkan dan pelajari.
Tapi ilmu fiqih, hadits, warist, aqidah dan sebagainya harus kalian kuasai, itulah bekal menjadi ibu" (menengok ke dalam diri saya sendiri saya malu, tidak banyak ternyata ilmu yang saya miliki untuk jadi seorang ibu)
Beliau umpamakan lagi...
"Perempuan itu bagaikan bumi, bagaikan tanah, jika tanah itu bagus kualitasnya, bersih, subur tidak tercemar maka hasil bumi darinya juga akan menjadi hasil unggulan, dan jika kotor, tidak subur, serta tercemar maka rusaklah hasil buminya"
"Itulah yang harus kalian miliki wahai pelajar"
Maka pesan beliau selanjutnya adalah "Milikilah motivasi ini, motivasi melihat Allah SWT di akhirat kelak.
Agar kelak setelah menikah kalian tidak akan tenggelam dalam tumpukan baju kotor yang harus dicuci atau rumah yang selalu disapu atau tingkah anak-anak yang menyibukkan kalian.
Jika motivasi melihat Allah SWT kalian punyai hafalan kalian akan terjaga dan kalian akan tetap menjadi Ahlul Qur'an."
Kira-kira 30 menit lebih beliau menyampaikannya, padahal beliau dari awal sudah berjanji akan menyampaikannya dengan lebih ringkas dan cepat.
Karena sudah padat agenda dan masuk waktu istirahat. Faktanya walaupun molor, kami semua menikmati bahkan merasa kurang atas mauidhoh yang beliau sampaikan.
Dan saya yakin itu semua karena memahami perempuan itu memang rumit. Serumit menjadi seorang perempuan. Eaaa...
Tapi jangan sedih dan merasa berat menjadi perempuan, kalaupun rumit haditsnya tidak berubah. "Surga itu dibawah telapak kaki ibu"
#khusus_santriwati_spesial #akhwat_spesial #ustadzah_spesial #ibu_spesial #istri_spesial
Wassalamualaikum Wr Wb
*Sumber : Grup Chat WA FOSMA 165 Riau
Baca Juga :