Bagian yang sering digunakan adalah air perasannya yang dapat digunakan untuk menghilangkan jerawat serta penyembuhan luka agar tidak terjadi abses.
Jerawat dan abses pada luka adalah salah satu infeksi yang disebabkan bakteri Staphylococcus aureus.
Lesi yang ditimbulkan oleh bakteri Staphylococcus aureus dapat dilihat pada abses lesi ataupun jerawat.
Bakteri menginvasi dan berkembang biak dalam folikel rambut yang menyebabkan kematian sel atau nekrosis pada jaringan setempat.
Selanjutnya adanya penumpukan sel radang dalam rongga tersebut.
Lalu terjadi akumulasi penumpukan pus dalam rongga, mengakibatkan terjadi dorongan terhadap jaringan sekitar dan terbentuklah dinding-dinding oleh sel-sel sehat sehingga terbentuklah abses.
Bakteri ini juga akan bisa menyebar ke bagian tubuh yang lain lewat pembuluh getah bening dan pembuluh darah, sehingga juga terdapat peradangan dari vena dan trombosis.
Pengobatan akibat infeksi Staphylococcus aureus dapat diberikan antibiotik berupa Penisilin G atau derivat penisilin lainnya, namun pada infeksi yang diduga sudah ada beberapa yang telah resisten terhadap penisilin.
Akibat timbulnya resisten dari antibiotik, maka perlu obat dari jeruk nipis sebagai antibakteri.
Dari beberapa hasil penelitain, bahwa air perasan buah jeruk nipis dapat memperlambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
Dapat dilihat adanya lingkaran bening bebas pertumbuhan bakteri disekitar cakram setelah dibiarkan dalam waktu 24 jam dengan suhu 37⁰C.
Dan tidak terdapat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus setelah kontak langsung dengan air perasan buah jeruk nipis pada 5 menit pertama dan diikuti dengan menit berikutnya.
Penelitian uji daya hambat air perasan buah jeruk nipis terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus menunjukkan bahwa air perasan buah jeruk nipis dengan konsentrasi 25%, 50%, 75%, dan 100% dapat memperlambat pertumbuhan bakteri tersebut.
Hal ini menunjukkan adanya senyawa aktif anti bakteri dalam air perasan buah jeruk nipis yang diduga didapat dari kandungan kimia yang terdapat di dalamnya.
Seperti minyak atsiri, di antaranya fenol yang bersifat sebagai bakterisidal, yang mungkin mampu menghambat pertumbuhan dari bakteri Staphylococcus aureus.
Kemampuan bakterisidal dari fenol dengan mendenaturasikan protein dan merusak membran sitoplasma sel.
Ketidakstabilan pada dinding sel dan membran sitoplasma bakteri menyebabkan fungsi permeabilitas selektif, fungsi pengangkutan aktif, pengendalian susunan protein sel bakteri terganggu.
Gangguan integritas sitoplasma berakibat pada lolosnya makromolekul, dan ion dari sel. Sel bakteri kehilangan bentuknya sehingga lisis.
Persenyawaan fenolat bersifat bakteriostatik atau bakterisid tergantung dari konsentrasinya.
Perbedaan lama kontak air perasan buah jeruk nipis dengan konsentrasi yang sama, ternyata juga memiliki perbedaan efek terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus, ini dapat dilihat dari pertumbuhan bakteri di masing-masing lama kontak.
Lama kontak 5 menit pertama sudah tidak terdapat pertumbuhan pada daerah agar Mueller Hinton II, ini membuktikan bahwa air perasan buah jeruk nipis memiliki daya antibakteri yang sangat kuat sehingga dalam waktu yang singkat air perasan jeruk nipis dapat menghambat pertumbuhan bakteri secara optimal.
Keasaman pada buah jeruk nipis disebabkan oleh kandungan asam organik berupa asam sitrat dengan konsentrasi yang tinggi juga dapat menjadi salah satu faktor yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tersebut.
Daya hambat air perasan buah jeruk nipis terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dimana semakin besar konsentrasi air perasan buah jeruk nipis dan semakin lama kontaknya dengan kuman, maka daya hambat air perasan buah jeruk nipis terhadap bakteri Staphylococcus aureus semakin baik.
*Sumber: Nitya Wita Utama
Baca Juga :