Foto oleh Monstera: https://www.pexels.com/ - |
Kegiatan mendongeng memiliki banyak manfaat positif untuk anak. Meskipun tampak sepele, ternyata mendongeng dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak.
Mengutip buku Terampil Mendongeng (2001), mendongeng bila dilakukan dengan pendekatan yang sangat akrab akan mendorong terbukanya cakrawala pemikiran anak, sejalan dengan pertumbuhan jiwa sehingga mereka akan mendapat sesuatu yang sangat berharga bagi dirinya dan dapat memilih mana yang baik dan mana yang buruk.
Cerita dari dongeng dapat dipetik manfaatnya, terutama yang mengandung unsur pesan moral. Salah satu dongeng atau cerita yang bernuansa Islami dapat menjadi alternatif bagus untuk bercerita.
Tak hanya dapat dijadikan pengantar tidur, cerita Islami dapat dijadikan sarana untuk mengenalkan nilai-nilai Islam pada Si Kecil sedari dini.
Nah jika Anda sedang mencari kumpulan cerita Islami, simak ulasan berikut ini.
Cerita Anak Islami
Terdapat beberapa kumpulan cerita Islami yang bisa menjadi referensi Bunda untuk didongengkan pada Si Kecil, Mengutip buku "100 Kisah Islami Pilihan untuk Anak-Anak (2009)" berikut diantaranya:
1. Kemuliaan Hasan Bin Ali
Hasan bin Ali bin Abi Thalib adalah cucu Rasulullah SAW yang sangat dicintai kaum muslim. Dia layaknya permata pada masa hidupnya, karena memiliki budi pekerti yang mulia dan terpuji.
Pada suatu hari Hasan sedang duduk di depan pintu rumahnya. Tiba-tiba datanglah seorang pemuda Arab badui.
Kemudian, pemuda yang tidak dikenal itu mencaci maki Hasan Bin Ali dan juga ibu-bapaknya.
Anehnya, Hasan Bin Ali hanya mendengar tanpa sedikit pun membalas kata-kata hinaan pemuda badui tersebut.
Setelah pemuda badui tersebut puas mencaci maki, Hasan berkata kepada pemuda tersebut, "Wahai Badui, adakah engkau lapar atau dahaga?" Adakah sesuatu yang memusingkan hatimu?" tanyanya ramah.
Tanpa mempedulikan kata-kata Hasan barusan, pemuda badui itu malah tambah keras mencaci Hasan Bin Ali.
Kemudian, Hasan menyuruh pembantu rumahnya membawakan sejumlah uang perak. Lalu dia memberikannya kepada pemuda pemuda badui tersebut. "Wahai Badui, maafkanlah aku!" Inilah yang aku miliki." ucap Hasan lembut dan simpatik.
Akhirnya, sikap simpatik dan pelayanan lembut Hasan Bin Ali berhasil meluluhkan hati pemuda badui tersebut. Dia menangis terisak-isak, lantas bersujud di kaki Hasan.
"Wahai cucu Rasulullah, maafkanlah aku karena berlaku kasar kepadamu. Sebenarnya, aku sengaja melakukan hal ini untuk menguji kebaikan budi pekerti mu sebagai cucu Rasul yang aku kasihi. Sekarang yakin lah aku bahwa engkau mempunyai budi pekerti yang mulia," kata pemuda badui tersebut sambil terus menangis.
2. Ketabahan Iman Zunairah
Satu di antara hamba sahaya Muslim Asadah Zunairah, budak Abu Jahal. Karena keimanannya dalam Islam itulah, dia ditanya Abu Jahal, "Benarkah kamu telah menganut agama Islam?"
"Benar. Aku percaya pada seruan Muhammad SAW. Karena itulah, aku mengikutinya," jawab Zunairah.
Untuk menggoyahkan keyakinan budaknya itu, Abu Jahal bertanya kepada kawan-kawannya.
"Hai, kawan-kawanku! Apakah kalian juga mengikuti seruan Muhammad?"
"Tidak!" jawab mereka serempak.
"Nah, kalau memang apa yang dibawa oleh Muhammad itu baik, tentu mereka akan lebih dahulu mengikutinya daripada kamu yang hanya menjadi seorang budak!" kata Abu Jahal melecehkan hambanya.
Kemudian, Zunairah dianiaya secara keji hingga matanya luka parah dan akhirnya menjadi buta.
"Matamu buta akibat kamu masuk Islam. Coba kalau kamu mau meninggalkan agama Muhammad, matamu akan sembuh kembali," bujuk Abu Jahal.
Betapa sakit hati Zunairah mendengar penghinaan majikannya itu. "Kalian semua adalah pembohong, tidak bermoral! Latta dan Uzza yang kalian sembah itu tidak bisa berbuat apa-apa. Apalagi memberi manfaat dan mudarat!" katanya.
Mendengar hal itu, Abu Jahal semakin marah. Maka, dipukullah Zunairah sekeras-kerasnya sambil berteriak kencang, "Wahai Zunairah, ingatlah kepada Latta dan Uzza. Mereka berhala sembahan kita sejak nenek moyang kita. Tidak takut kah jika mereka nanti murka kepadamu? Tinggalkanlah segera agama Muhammad yang melecehkan kita!"
"Wahai Abu Jahal, sebetulnya, Latta dan Uzza itu buta. Lebih buta daripada mataku yang buta akibat siksaanmu ini, Meskipun mataku buta, Allah SWT tidak akan sulit mengembalikannya menjadi terang, tidak seperti tuhanmu Latta dan Uzza itu," jawab Zunairah tegas.
Berkat kekuasaan Allah SWT, pada keesokan paginya, mata Zunairah yang buta akibat siksaan Abu Jahal, sembuh seperti kembali sediakala. Abu Jahal yang melihatnya sangat heran.
Namun, Abu Jahal tetap dalam kekafirannya. Dia malah mengabaikan bukti kebenaran Zunairah yang disiksa oleh majikannya.
Maka, Abu Bakar pun segera menebus Zunairah dari Abu Jahal dan membebaskannya sebagai manusia yang merdeka.
3. Keyakinan dan Prasangka Baik
Pada dahulu kala, ada seorang murid yang mendambakan seorang guru yang mengajarinya untuk semakin dekat kepada Allah SWT.
Meskipun sudah berusaha keras, dia juga belum berhasil menemukan guru yang diidamkannya.
Suatu hari, ada seorang yang berkata kepadanya bahwa dia tidak akan menemukan seorang guru yang bisa mengajarinya semakin dekat dengan Allah SWT, kecuali Fulan bin Fulan yang tinggal di suatu kota.
Dia pun kemudian berangkat ke kota itu. Setelah sampai di sana, dia menanyakan tempat tinggal Fulan bin Fulan.
Penduduk sekitar kota tersebut menunjukkan kepadanya seorang lelaki yang berperangai buruk dan suka bermaksiat. Dia mendatangi rumah orang tersebut dan mengetuk pintunya.
"Siapa?" tanya pemilik rumah.
"Abdullah," jawabnya.
Kebetulan Fulan bin Fulan sedang menunggu orang yang namanya sama dengan si murid. Mereka berjanji untuk berpesta dan minum-minuman keras.
Dia lalu membukakan pintu karena mengira tamu itu adalah temannya.
Si murid masuk ke rumah. Ketika menatap wajah pemilik rumah, dia lalu duduk bersimpuh dan menangis.
Pertemuan dengan sang calon gurunya itu begitu mengharukan sehingga dia tidak melihat minuman keras yang ada di situ.
"Apa yang terjadi denganmu?" tanya pemilik rumah keheranan.
"Aku ingin agar engkau mengajariku untuk semakin dekat dengan Allah SWT. Aku telah berusaha mencari guru, tetapi tidak menemukan selain Tuan," kata si murid.
Karena ingin segera terbebas dari Abdullah, lelaki itu berkata seenaknya, "Pergilah ke tempat A, di bawah gunung B! Di sana, kamu akan temukan air. Berwudhulah dengan air itu! Kemudian, beribadahlah di situ sampai Allah SWT memberimu pertolongan!"
Lantas, si murid segera melaksanakan perintah gurunya. Dia beribadah dengan sungguh-sungguh sampai akhirnya Allah SWT memberinya pertolongan.
Setelah itu, dia baru mengetahui bahwa orang yang selama ini dianggap sebagai gurunya adalah seorang yang berperangai buruk dan suka bermaksiat.
Dia pun mulai banyak dikenal oleh orang-orang. Kesalehannya menjadi buah bibir masyarakat. Orang-orang mulai berdatangan untuk menuntut ilmu.
Semakin lama, semakin banyak. Hingga pada suatu hari, dia jatuh sakit. Ketika penyakitnya semakin parah, murid-muridnya bertanya, "Guru, siapa yang akan engkau angkat menggantikanmu, jika guru wafat?"
"Fulan bin Fulan yang suka bermaksiat. Oleh karena itu, berdoalah agar sebelum aku wafat, Allah SWT mengubah keadaannya dengan memberinya petunjuk! Karena, sesungguhnya aku tidak akan menjadi guru kalau bukan karena dia."
Allah SWT pun mengabulkan doa mereka. Lelaki itu bertobat dan menjadi murid dari mantan muridnya.
Dia berusaha sungguh-sungguh mendekatkan diri kepada Allah SWT di bawah bimbingan gurunya.
Sepeninggal sang guru, dia pun dipercaya untuk menggantikan kedudukannya sebagai guru bagi murid-muridnya.
Baca Juga :